Rabu, 10 Juni 2015

BATU AKIK RED BORNEO KALIMANTAN

Pamor batu mulia di Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, semakin populer, terutama dengan mekunculan batu Red Borneo yang mempesona. Batu yang juga dikenal sebagai Ruby Kalimantan tersebut belakangan ini menjadi magnet baru di Martapura.

Hingga kini batu Red Borneo sangat diburu oleh para kolektor dan pencinta batu akik. Apalagi belum lama ini batu Red Borneo menjuarai kontes batu nasional di Jakarta, dan dihargai Rp 1 miliar. Batu Red Borneo hanya ditemukan di Kalimantan Selatan, di Kabupaten Banjar, dan tidak ditemukan didaerah-daerah lain. Oleh karena itu batu Red Borneo juga sering disebut Batu Merah Borneo. 

Nama yang biasa disematkan pada batu ini adalah Natural Rhodonite. Batu ini adalah batu solid yang memiliki kandungan rodocrosite, memiliki tekstur yang sangat unik, serta lama kelamaan memiliki tekstur warna hitam dan terkadang ada tekstur berwarna krem muda yang sangat tipis pada permukaan batu. Batu Red Borneo asli tembus cahaya engan harga berkisar ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Harganya terus yang melambung tinggi, sehingga batu mulia ini sering disejajarkan dengan batu bacannya Kalimantan. Batu Red Borneo yang paling banyak dicari adalah yang berwarna merah polos, jenis kristal atau tembus pandang. Jenis ini harganya bisa mencapai 35 juta rupiah. Sedangkan jenis lainya adalah super yang harganya berkisar ratusan ribu sampai satu juta rupiah saja. 

Batu Red borneo diburu karena karena keindahan warnanya yang mempesona. Karena inilah permintaan batu ini mulai meningkat. Harga umum yang berlaku untuk bahan atau bongkahan red borneo berkisar 500.000/kg sampai puluhan juta/kg, tergantung kualitas. Hingga kini batu Red Borneo sangat diburu oleh para kolektor dan pencinta batu akik. Apalagi belum lama ini batu Red Borneo menjuarai kontes batu nasional di Jakarta, dan dihargai Rp 1 miliar. Batu Red Borneo hanya ditemukan di Kalimantan Selatan, di Kabupaten Banjar, dan tidak ditemukan didaerah-daerah lain. Oleh karena itu batu Red Borneo juga sering disebut Batu Merah Borneo. Nama yang biasa disematkan pada batu ini adalah Natural Rhodonite. Batu ini adalah batu solid yang memiliki kandungan rodocrosite, memiliki tekstur yang sangat unik, serta lama kelamaan memiliki tekstur warna hitam dan terkadang ada tekstur berwarna krem muda yang sangat tipis pada permukaan batu. Batu Red Borneo asli tembus cahaya engan harga berkisar ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah.

Harganya terus yang melambung tinggi, sehingga batu mulia ini sering disejajarkan dengan batu bacannya Kalimantan. Batu Red Borneo yang paling banyak dicari adalah yang berwarna merah polos, jenis kristal atau tembus pandang. Jenis ini harganya bisa mencapai 35 juta rupiah. Sedangkan jenis lainya adalah super yang harganya berkisar ratusan ribu sampai satu juta rupiah saja. Batu Red borneo diburu karena karena keindahan warnanya yang mempesona. Karena inilah permintaan batu ini mulai meningkat. Harga umum yang berlaku untuk bahan atau bongkahan red borneo berkisar 500.000/kg sampai puluhan juta/kg, tergantung kualitas. Harga termurah batu Red Borneo dengan warna dan kualitas yang rendah mulai dari Rp 100 ribu per cincin. Namun kualitas super red borneo ada yang dipatok dengan harga puluhan juta rupiah. Harga termurah batu Red Borneo dengan warna dan kualitas yang rendah mulai dari Rp 100 ribu per cincin. Namun kualitas super red borneo ada yang dipatok dengan harga puluhan juta rupiah.


 CARA MERAWAT BATU AKIK RED BORNEO

Pertama, agar proses Kristal semakin baik, kita bisa menggunakan cincin batu red borneo setiap hari. Panas tubuh kita akan membantu batu berproses.
Kedua, agar warna batu red baron selalu terjaga kilaunya, kita bisa mengolesinya dengan rutin menggunakan minyak zaitun.
Ketiga, jika batu belum naik ring, maka kita bisa melakukan perawatan dengan teknik perendaman menggunakan air mineral.
Keempat, jika kita melakukan perawatan menggunakan teknik penjemuran, maka jangan lakukan terlalu lama, karena hal itu bisa membuat batu red borneo kita retak.

sekilas mengenai red borneo. untuk batu kecubung dapat langsung di baca disini

Jumat, 29 Juli 2011

Boaz dan Busthomi mendapat perhatian khusus dari pihak luar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemain Indonesia Boaz Salossan dan Ahmad Busthomi mendapat perhatian khusus dari pihak luar yang menyaksikan pertandingan Indonesia vs Turkmenistan.

Pertandingan ini ternyata dipantau oleh pelatih pengurus klub Sime Darby yang jauh-jauh datang dari Negeri Jiran, Malaysia. Sime Darby adalah tim yang bermain di kompetisi sepakbola Malaysia di kasta Liga Perdana.

Sime Darby mengutus langsung Pelatih Ismail Zakaria, mantan pelatih Selangor FC dengan ditemani Manajer Tim, Zainal untuk menyaksikan pertandingan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Dua pria ini mengamati langsung jalannya pertandingan dari awal hingga akhir. Dari pengamatan itu, Zakaria mengaku tertarik dengan Boaz dan Busthomi serta berhasrat mengontrak dua pemain di posisi striker dan gelandang itu bergabung dengan Sime Darby.

"Boaz memiliki skill yang sangat bagus, kemampuan fisik dan daya tarungnya sangat luar biasa. Dia bisa melewati banyak pemain lawan. Meski tidak mencetak gol tapi dia memberi dua assis," kata Zakaria yang tercengang melihat aksi Boaz.

Zakaria sempat tidak percaya bahwa Boaz adalah pemain asli Indonesia, itu dikarenakan Boaz tidak masuk dalam skuad timnas saat Indonesia melawan Malaysia di ajang AFF 2010. Busthomi juga tak ketinggalan mendapat attensi khusus.

"Busthomi memiliki holding ball sangat bagus, dia juga memiliki visi bermain sangat bagus. Intelgensi dan kemampuannya menguasai bola berimbang. Dia juga pemain yang tenang," kata Zainal.

Zainal menjelaskan, setelah menyaksikan aksi dua pemain ini, mereka akan serius mengontak pihak- pihak yang terkait dengan dua pemain untuk negosiasi kontrak. Sime Darby sangat berkepentingan mengontrak pemain asal Indonesia untuk menyedot fans asal Indonesia yang ada di Malaysia.

Klub yang bermarkas di Kuala Lumpur adalah salah satu klub yang dibiayai sebuah perusahan kelapa sawit yang mempekerjakan kurang lebih 30 ribua karyawan asal Indonesia.

Minggu, 24 Juli 2011

Chinese medicine may be effective in battling certain symptoms of Parkinson's disease, and lessening side effects

HONG KONG: Chinese medicine may be effective in battling certain symptoms of Parkinson's disease, and lessening side effects from the drugs used to treat the condition, according to a new study.

Researchers at Hong Kong Baptist University said Gouteng, a traditional Chinese herb used to treat hypertension, helped patients better communicate and made them less prone to depression and sleeping difficulties.

"There is no cure for Parkinson's right now, but the study showed Chinese medicine can help treat the disease," a university spokesman told AFP on Thursday.

Parkinson's is a progressive motor-system disorder which usually affects people over the age of 50, although it can strike earlier, often causing severe symptoms including body trembling, stiffness and loss of balance.

The condition is usually treated with a drug called levodopa, which the brain converts into dopamine to relieve the symptoms, but it can also cause nausea and hallucinations.

The Baptist University study found that patients who took Gouteng together with levodopa experienced fewer side effects from the drug while showing a marked improvement in their communication skills.

Li Min, an associate professor who led the study, said the findings could also help boost the profile of Chinese medicine.

"They provide not only pharmacological proof of the efficacy of Gouteng in treating Parkinson's disease, but will also help promote the effectiveness and safety of Chinese medicine to the international medical arena," she said.

Li - whose team has applied for a US patent - told the South China Morning Post that she expects the herb would start being used to treat the disease after the second phase of the study in 2013.



http://www.channelnewsasia.com/stories/health/view/1142299/1/.html

Amy Winehouse released only two albums in her life

NEW YORK (AP) —  Amy Winehouse released only two albums in her life, one of which sold more than a million copies, won five Grammys and sparked a retro soul movement that hasn't yet stopped.

The small output, in inverse relation to her outsized talent, made her death Saturday in London all the more tragic. Fans will only be able to imagine the unrecorded singles, the never-to-be concerts and the comeback album that didn't come.

It's a sadly familiar script in pop music, the history of which is checkered with greats and would-be greats snuffed out too early in life.

Almost as soon as news of Winehouse's death broke and spread across social media, fans were inducting her into the unfortunate pantheon of music talents gone too soon. Many noted that Winehouse, 27, shared the same age at death as Jimi Hendrix, Janis Joplin, Brian Jones, Kurt Cobain and Jim Morrison.

The British singer-songwriter Billy Bragg, though, realized that a meaningful commonality was being mistaken for coincidence.

"It's not age that Hendrix, Jones, Joplin, Morrison, Cobain & Amy have in common," wrote Bragg on Twitter. "It's drug abuse, sadly."

Those names were touted on the Web as the 27 Club, a ghoulish glamourizing of rock star death that makes it sound as though even in death VIPs remain behind a seductive velvet rope.

It's a term, sometimes called the Forever 27 Club, that has spawned a Wikipedia entry, an independent 2008 movie ("The 27 Club"), numerous websites and at least one book ("The 27s: The Greatest Myth of Rock & Roll").


http://www.google.com/hostednews/ap/article/ALeqM5hcvwQM_CBRMuogJuhuiuams8PRCw?docId=bd74e102da1844fea98e87d529e5fb6d

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons